Kamis, 10 Juli 2008

Touring BALI - LOMBOK 6 Juli 2004




Touring BALI - LOMBOK 6 Juli 2004

Touring BALI-LOMBOK:
"Sebuah Catatan Perjalanan"


Selasa, 6 Juli 2004

Pukul 19.00 WIB
Dengan diiringi doa & tepuk tangan meriah tim Penjelajah HTML beranggotakan 4 orang ( Rio, Yudi, Vicky, & Meidy) memulai perjalanannya dari basecamp PALBUT Jl.Sabang Jakarta. Dilepas langsung oleh Paketum, Paketan, & rekans HTML tidak ketinggalan rekan-2 dari Karisma Fans Club (KaFC). Rute yang direncanakan akan menempuh jalur PANTURA menuju etape I ==> SURABAYA. Tangki Bensin sengaja diisi FULL.

Keluar dari Jakarta menuju Bekasi kami "dibimbing" langsung Pak Alamsyah dan juga rekan Ferry Hardono. Semua berjalan lancar.

Pukul 19.45 WIB
Pak Alamsyah & Ferry memisahkan diri sebagai vojrider di BEKASI. Sehingga leader diambil alih oleh Vicky. Sedangkan Rio sebagai sweeper. Sepanjang Bekasi menuju Cikarang kami dihadang oleh kemacetan yang parah. Biasa, pasar malam. Keadaan ini lumayan menguras tenaga kami. Padahal perjalanan masih jauh nih!

Pukul 20.30 WIB
Menjelang Karawang gerimis mulai turun. Tim memutuskan jalan terus. Tetapi sesampainya menjelang Cikampek cuaca mulai tidak bersahabat. HUJAN DERAS. Segera tim menepi ke Pom Bensin terdekat. Jas hujan yang sudah dipersiapkan masing-2 anggota segera dikenakan. Karena tidak mau buang waktu lagi tim meneruskan perjalanan.

Pukul 21.15 WIB
Jalur PANTURA yang terkenal ganas, malam ini terasa lebih mencekam dengan derasnya air hujan ditambah lagi dibeberapa tempat seperti Sukamandi, Ciasem, Pamanukan, dan Patrol terlihat ceceran tanah urugan yang tentunya membuat licin dan berbahayanya untuk kestabilan motor kami. Sehingga leader kerap kali menurunkan kaki-nya untuk memberi kode kepada tim akan adanya bahaya di depan.

Selain itu bahaya lain adalah bus antar kota yang tidak perduli dengan pengendara roda 2. Beberapa kali kami di pepet sampai harus keluar bahu jalan. Jalan yang masih dalam perbaikan, merupakan bahaya yang lain. Rekan Yudi yang kurang waspada menerobos bahu jalan di sekitar Kandanghaur yang belum selesai, untuk meski jalan berpasir tapi Yudi masih bisa mempertahankan kestabilan motornya. Rekan lain cepat mengingatkan,"Gimana nih Yud apa sudah ngantuk?" "Tidak! Jalan terus ", sahut Yudi dengan yakinnya.

7 Juli 2004

Pukul 00.00 WIB
Tepat tengah malam rombongan melintas Cirebon. Perut mulai keroncongan setelah dihajar hujan yang tiada henti ditambah dinginnya angin malam. Beruntung semua anggota tim memakai jaket berlapis-2 yang cukup memadai. Vicky memberi kode kepalan tangan tanda berhenti di sebuah restoran di daerah Losari.

Agar tidak masuk angin kami makan secukupnya, ditambah kopi hangat untuk mengusir rasa kantuk yang menyerang. Minuman energi ternyata cukup membantu juga untuk meningkatkan konsentrasi. Sambil ngaso rekan Vicky iseng melirik penunjuk waktu, "Udah jam berapa yah sekarang? Kita tadi kan pergi dari Jakarta jam 19.00" ujarnya ringan sembari melirik ke pergelangan tangannya.

"Tooollooooong!! Jam tanganku kemana??" teriaknya sembari menampilkan mimik pucat. "Pantas tadi terasa ada yang jatuh dari tangan ketika melintas di Karawang" duganya. Dengan terpaksa Bro Vicky harus merelakan jam MADE IN SWISS-nya dalam turing. Percuma mau dicari juga. Paling udah kelindas Bus Antar Kota atau truk gandengan yang malam ini banyak melintas di jalur PANTURA.

Pukul 02.00 WIB
Tim HTML memasuki kota Brebes. Jalan sudah sangat sepi sekali. Namun gerimis masih juga turun. Sehingga kecepatan rata-2 kurang bisa berkembang. Hanya berkisar 70-85 km/jam. Waktu tempuh yang diperkirakan untuk Jakarta-Semarang yang direncanakan bisa 11 Jam, kemungkinan besar akan melar.

Pukul 04.43 WIB
Seiring tim HTML melintas Pekalongan, sayup-2 terdengar alunan suara Adzan Subuh. Segera tim memutuskan mencari mesjid terdekat di kota batik ini. Orang bijak bilang, "Biker yang baik adalah biker yang sholeh". :-) Sekalian kami membasuh muka juga mengosok gigi. Badan segar kembali, siap meneruskan perjalanan.

Pukul 06.00 WIB
Jalur PANTURA yang lurus kerap membosankan dan membuat ngantuk. Ditambah memasuki kota Kendal matahari mulai naik sedangkan tim berjalan menghadap langsung ke arah timur. Arah terbitnya matahari. Silau, man!

Pukul 07.00 WIB
Melewati kota Semarang kembali kami dihadang macet luar biasa. Mungkin karena bertepatan dengan jam pergi kantor. Segera kami ambil jalur by pass, sehingga bisa keluar dari Semarang dengan cepat. Kelelahan dan rasa kantuk luar biasa karena semalaman tidak tidur menyergap kami.

Pukul 08.00 WIB
Karena sudah tidak tahan lagi untuk meneruskan perjalanan, kami sepakat mencari tempat yang nyaman untuk istirahat. Menjelang kota Demak kami menemukan tempat bilik yang cukup resik di pinggir sawah. Tak buang waktu lagi kami memarkir rapih motor, dan merebahkan badan di dipan yang ala kadarnya. Semilir angin sawah mengiringi lelap kami.

Pukul 11.00
Kami terbangun dan segera berkemas, tapi ........oooww.... rekan Vicky matanya memerah dan agak berkunang-kunang. Spontan kami menghampiri.
"Kenapa, Bro?" "Kepalaku Migran nih. Kayanya telat makan" ujar Vicky lemas.
"Kalau lihat mobil jadi dua!"tambahnya.

Sadar bahaya yang akan menghadang, cepat-2 kami mencari restoran terdekat untuk sarapan sekaligus makan siang. Beruntung beberapa kilometer di depan ada tempat makan sekaligus kamar mandi untuk bebersih. Alhamdullilah rekan Vicky segera pulih, sehingga dapat melanjutkan ke etape berikutnya.

Pukul 12.30 WIB
Akhirnya kota Kudus berhasil kami jejak, dilanjutkan dengan kota Pati dan Rembang. Tahukan ada apa di kota terakhir ini? Ya tepat! makam Ibu Kita KARTINI. (Yang sejarahnya waktu SD dapat nilai 7, pasti tahu). Pengin sih berkunjung, tapi waktunya sempit nih.

Pukul 15.30 WIB
Masuk daerah Tambak Boyo kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa. Jalan yang turun naik di pinggir pantai. Memberi semangat tersendiri untuk tim. Di kota Tuban rombongan kembali berhenti untuk sholat Ashar. Sambil menikmati rujak dan kelapa muda yang segar.

Di persimpangan kota Tuban ini tim sempat ragu akan rute yang harus diambil. Apakah harus lewat Babat atau lewat Paciran untuk menuju SURABAYA ?Penduduk setempat menyarankan untuk lewat Sedayu karena relatif lebih sepi daripada lewat Babat. Karena jalur kedua itu adalah jalur Bus dan Truk, meski jaraknya lebih dekat. Tapi kami akhirnya memutuskan lewat Babat. Tidak mengikuti saran penduduk untuk lewat jalur yang sepi.

Betul saja, baru 10 KM lewat kota Tuban, kami sudah dihadang iring-2an truk dan bus besar yang antri untuk menanjak. Sulit kami untuk menyalip rombongan ini. Karena dari arah berlawanan juga kerap muncul bus dan truk besar ditambah lajur yang sempit sekali. Terpaksa kami hanya bisa mengikuti di belakang sambil menghirup asap solar. Apes deh! (makanya ikutin tuh saran penduduk setempat.)

Pukul 19.00 WIB
Setelah lewat Lamongan, kami menyusuri kota Gresik sampai akhirnya mendarat di kota pahlawan SURABAYA. Rekan-2 HTML Surabaya sudah menanti di perbatasan untuk menunjukkan jalan menuju pusat kota sekaligus tempat kami menginap. Bro Dhani, Rika, dan Avy dengan sigap membimbing kami menuju peristirahatan ===> Hotel SAHID Surabaya.

Tak kuasa menahan lelah serta jam tidur yang hanya 3 jam, membuat indahnya tidur di hotel berbintang ini. Rekan-2 HTML Surabaya beranjak pamit. Thanks ya Bro atas segala bantuannya. Sayang seribu sayang, rekan Yudi mendapat kabar SMS kalo ia harus segera kembali ke Jakarta. Sehingga tidak dapat melanjutkan Turing ini. Segera tiket pesawat di pesan dan motor di paket menggunakan jasa Kereta Api.

8 Juli 2004

Pukul 05.30 WIB
Rekan Rio segera meniupkan terompet tanda jam apel pagi telah dimulai.
"Hayo bangun! nanti kita terlambat nih masuk Bali-nya" teriak Rio mengingatkan. "Waduh Bro, belum kenyang tidurnya!" balas Meidi & Vicky.

Tapi sadar kalo matahari keburu naik ke ubun-2, perjalanan bakal panassekali. Bergegas ambil handuk terus mandi. Sarapan pagi hotel sudah cukupmemadai untuk energi kami, minimal sampai di feri penyebrangan ke Gilimanuk.


Pukul 06.30 WIB
Dengan hanya tersisa 3 orang tim HTML meninggalkan kota Surabaya. Menuju ke arah Sidoarjo terus ke Porong, Gempol. Belok kiri kami temui kota kecil
Bangil.

Pukul 08.00 WIB
Tiba di Pasuruan kami sempat celingukan gak tahu arah. Kiri apa kanan yah. Penunjuk arah ke Probolinggo tidak ada. Terpaksa tanya sana-sini sama tukang becak. Berhasil juga kami melewati 'jebakan' kota Pasuruan (Pak Walikota, tolong dong dipasang penunjuk arah kota, tidak semua yang lewat sudah tahu arah kan Pak!)

Pukul 11.00 WIB
Selepas Probolinggo jalan lurus terhampar. Membuat kami tergiur untuk menarik gas lebih dalam. Enteng saja kami kembangkan kecepatan antara 90-110 Km/jam. Tanpa diduga sebelumnya, tiba-2 seekor SAPI ngamuk melintas dengan santainya menghadang rombongan turing. Jarak hanya tinggal tersisa 30 meter.

Si empunya tampak berusaha mengejar binatang peliharaannya itu. Meidi yang berada di barisan paling belakang, hanya punya waktu sepersekian detik untuk bereaksi. Teringat teori pengereman 70%-30% cepat-2 diterapkan. Ciiiittttt, ban IRC standar dengan garangnya menggerus aspal yang panas membara siang ini. Bagian belakang motor tampak bergeser, berusaha mengejar bagian depan.

Tapi situasi bisa terkendali, padahal kecepatan tak kurang dari 90 km/jam saat pengereman. WuiiH nyaris adja!! Sampai tibalah kami di daerah Paiton. Tempat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (CMIIW). Jalannya naik turun dengan tajam. Beberapa kali kami salah antisipasi sudut belok, hingga terlempar ke bahu jalan. Beruntung tidak ada bus/truk yang dari arah berlawanan.

Di Puncaknya bukit Paiton ini tampak teronggok rangka besi tua bekas Bus dan truk yang terlibat tabrakan dashyat beberapa tahun yang lalu, hingga menimbulkan kebakaran pada bus yg ditumpangi siswi SMEA dari Yogyakarta yang baru pulang studi tour ke Bali. Puluhan siswi dan guru terbakar hidup-2. Sejenak bulu kuduk kami merinding membayangkan kejadian itu.

Pukul 11.45 WIB
Sampai daerah Pasir Putih kilometer menunjukkan angka 1000 Km. Kebetulan pemandangan indah pantai di depan, sekalian adja ah ganti oli. Suara mesin mulai gak enak. Ketemu sebuah gubuk tak bertuan, kami parkir motor kami disebuah gubuk tak bertuan. Buka sumbat oli mesin. Wesss, oli mesin mengucur deras keluar dari bak encer bagai air mineral. Tunggu dingin sejenak kami tuangkan oli mesin baru yang sengaja kami bawa dari Jakarta. Nah enak deh sekarang jalannya.

Pukul 13.00 WIB
Memasuki kota Situbondo rekan Vicky merasakan sesuatu yang tidak enak pada sistem pengereman bagian depan motornya. Periksa punya periksa ternyata cakram depan tergores tanda brake pad sudah habis. Mungkin karena Vicky kerap kali melakukan late braking sehingga kanvas cepat termakan. Padahal umur motor baru 2 bulan. Untung di Situbondo ada bengkel AHASS yang cukup besar. Segera saja kanvas rem dilengserkan untuk diganti baru. Pakem lagi deh.

Pukul 14.00 WIB
Masuk jalur Asembagus, Sumberanyar, Jatikecil, Batangan, Bajulmati, dan Wongsorejo. Jalan berkelok-2 tajam dikombinasikan dengan trek lurus kemudian belokan-2 45 derajat. Jalanan sepi pada jalur ini, hanya sesekali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Hutan yang baru saja terbakar menambah mencekamnya lintasan ini. Kami tidak ingin berlama-lama, mengingat kami
hanya bertiga, tancap gas habis Bro!

Pukul 15.30 WIB
Pelabuhan Ketapang mulai nampak dikejauhan. Sekitar 3 Km menjelang masukpelabuhan kami menyempatkan diri foto bersama, di suatu spot yang elok sekali. Setelah membayar tiket penyebrangan sebesar Rp10 rb (orang+motor),
kami arahkan motor kami masuk ke perut kapal Feri ASDP. Setelah terparkir rapi kami naik ke atas dek. Istirahat, sambil sesekali ambil gambar pakai camera phone. Rekan Rio sempat berjanji,"Nanti begitu aku menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Bali, aku akan melakukan SUJUD SYUKUR." Pemandangan selat Bali tiada duanya ditambah cahaya matahari yang segera terbenam menambah romantisnya suasana. Sayang kami bertiga cowok semua! :-)



Pukul 17.15 WITA
Feri berlahan-lahan merapat di Gilimanuk. Daratan Bali sudah terlihat jelas. Semangat kami kembali terpompa naik, tak peduli perjalanan dari Surabaya sangat-2 menguras tenaga. Posisi motor kami tepat di depan pintu keluar, tak heran kesempatan pertama keluar kapal feri ada di tangan kami. Begitu pintu sejajar pelabuhan, gas langsung dibetot.

Hey nanti dulu! Ada pemeriksaan oleh Kepolisian untuk pendatang. SIM, KTP, dan STNK terpaksa dikeluarkan. Beres.Sejenak kami terkecoh oleh penunjuk arah keluar pelabuhan yang tak jelas. Rekan Vicky sebagai Leader salah mengambil jalur keluar, tetapi masih sempat membelokkan motornya kembali ke jalan keluar yang benar.

Malang untuk Rio, karena terlalu dekat mengikuti Vicky yang berbelok tiba-2, gundukkan pasir diterjangnya. GEDEBUK!! Seiring hilangnya dentuman knalpot KONIC, yang tadinya meraung keras. Posisi kaki Rio sedikit tertindih motornya, namun masih bisa keluar. Bahkan badan tidak terluka sedikitpun, berkat baju protektor yang memadai. Hanya Head Lamp agak mendongak, sehingga cahaya tidak bisa jatuh ke lintasan.

Ehm, jadi teringat janji R waktu mau nyebrang feri nih! (lihat pukul. 15.30). Benar-2 mencium BUMI BALI!! HAHA..!

Pukul 18.10 WITA
Suasana mulai meranjak gelap. Sambil menunaikan ibadah Magrib, kami sepakat berhenti dulu di NEGARA. Di sebuah warung makan Jawa Timur, tak lupa kami memajukan penunjuk waktu 1 jam lebih cepat. Rekan Vicky tampak masih murung mengingat jam Made In Swiss nya yang hilang di Karawang.

Setelah makan perjalanan dilanjutkan. Rekan Benny HTML yang rumahnya di Klungkung, sebelum berangkat di Palbut mengingatkan, "Bro, hati-2 kalo masuk Bali. Dari Gilimanuk sampai Tabanan jalannya BERBAHAYA! Banyak Bus antar kota yang ngebut dan jalannya berkelok-2 tajam serta banyak pasir di belokkan."

Ok deh kami camkan kok. Benar saja peringatan Benny, jalannya banyak belokkan tajam, ditambah belokkan yang kerap kali kami jumpai tetesan dan genangan oli/solar. Posisi badan yang sudah rebahan untuk melahap tikungan, memaksa kami menegakkan kembali kalau tidak ingin terjerembab. Ditambah bus antar kota yang tidak mau mengalah, apalagi kalo dilihat di depannya hanya rombongan motor.

Pada suatu belokkan di sekitar Mendaya, sebuah bus mencoba menyusul bus lainnya. Tapi posisi bus yg kurang ideal, mengagetkan kami yang tidak menyangka munculnya 2 bus di tikungan tajam. Serentak 3 motor Tiger secara bersamaan 'tersapu' keluar jalur sampe bahu jalan yang pinggirnya hanya dibatasi beton pendek untuk menutupi bibir jurang yang dalamnya kurang
lebih 30 meter. Untung kami masih bisa menguasai keadaan. Masya Allah!

Pukul 20.15 WITA
Rombongan mulai memasuki daerah KUTA. Setelah tanya sana tanya sini, tibalah kami di Motel yang dituju. Rekan Vicky masuk untuk mengecek keberadaan kamar. Meidi dan Rio menunggu diluar sambil menjaga motor. Vicky keluar dengan lemasnya.

Manager yang menjanjikan kamar untuk kita sudah pulang. FO tidak berani ngambil keputusan. Diputuskan mencari motel lain. Hasilnya sama ==> FULL BOOK. "Ini high season, Man!" tutur seorang resepsion.

Celaka, badan udah mau remuk pengin istirahat, akomodasi tidak ada! buru-2 kontak rekan Wahyu (HTML Cabang Bali). Gayung besambut. Rekan Wahyu segera datang menjemput dgn Tiginya. "Kalo cuma mau istirahat sih di tempat Kost ku adja deh!" tawarnya. Thanks Bro, memang itu yang kami harapkan. :-)

Segera kami meluncur ke Kost-annya Wahyu yang asri tidak jauh dari Pantai Kuta. Tak heran karena beliau bertugas di bandara I Gusti Ngurah Rai.

Pukul 21.00 WITA
Melihat kondisi fisik kami bertiga yang sudah tampak kepayahan, rekan Wahyu berinisiatif memanggil tukang pijit. Lumayan satu jam badan kami digerus tangan-2 terampil, kondisi badan pulih kembali.

Sambil mencari makan malam, rekan Wahyu mengajak untuk rolling Thunder mengelilingi daerah Legian dan Seminyak. Tak lama rekan Satriyo (HTML Kopyah BALI juga) turut bergabung sehabis pulang kerja di TELKOMSEL.

Sejenak kami berhenti di tempat peledakkan bom BALI di Paddy's Cafe dan Sari Club. Tampak monumen peringatan (yang sebagian besar dibiayai pemerintah AUSTRALIA) sedang dalam pengerjaan. Buru-2 camera dikeluarkan. Jepret sana jempret sini. Puas melihat turis asing melintas di depan club 24 jam yang gak ada matinya, kami arahkan Tigi kami ke tempat yang sudah menjadi favorit pelancong mancanegara ===> PANTAI KUTA!!

9 Juli 2004

Pukul 07.00 WITA
Rekan Rio kembali meniupkan terompet tanda jam tidur telah usai. Bergegas kami ke kamar mandi. Siap-2 untuk keliling meninjau obyek wisata di Pulau Dewata. Rekan Rio rupanya masih penasaran untuk mandi sejenak di pantai KUTA.

“Katanya disini banyak SUMUR yah?” tanyanya nakal (yang gak tahu artinya Japri adja). Tak lupa kami menyempatkan diri berpose di depannya Landmark Kuta è Hard Rock Hotel. Sebagai tujuan pertama kami pilih TANAH LOT. Rekan Wahyu membimbing Jalan dari Kuta menuju lokasi terbilang mulus dan menyejukkan kepala dengan pemandangan yang BALI BANGEUT. Rumah yang artistik dan Pura menambah semarak perjalanan ini.

Pukul 08.15 WITA
Sampai di tanah Lot masih terbilang cukup pagi. Setelah motor di parkir,tukang parkir menegur kami, "Dari Jakarta ya dik? Wah, berapa hari bisa sampai di Bali?" Bayar tiket masuk, langsung kami berlari-2 kecil ke bibir pantai tempat Pura yang "menclok' di atas Karang di terpa debur ombak yang gak ada habisnya.

Untung sudah di kasih barrier sehingga bisa diminimalkan abrasinya. Kembali kami syuting amatiran dengan camera phone NOKIA dan camera Fuji kami (silahkan lihat di GALLERY website hasilnya!)

Pukul 09.00 WITA
Sejenak kami minum di warung tak jauh dari Tanah Lot. Di titik inilah kami berpisah dengan rekan Rio, yang harus segera meluncur ke kota Solo untuk menghadiri acara keluarga. Dan hari seninnya harus sudah tiba di markas Palembang. Sambil berpelukkan dan menjabat erat tangan kami berpisah. "Hati-2 ya Bro di jalan!" ujar rekan Vicky mengingatkan. "Perasaan gue gak enak nih" tambahnya berfirasat.

(Kejadian selanjutnya rekan-2 sekalian sudah tahu, bro R mendapat musibah di PROBOLINGGO ==> seperti yang sudah diceritakan bersangkutan di Milis)

Pukul 10.00 WITA
Rombongan hanya tersisa 3 orang ( Meidi, Vicky, dan rekan Wahyu). Tujuan selanjutnya Danau Bedugul. Sebuah danau yang indah di utara Bali. Jalan dari Tanah Lot menuju danau menanjak terus gak ada habisnya. Membuat tigi kami mentok hanya sampai gigi 4 dan RPM meraung mengimbangi mesin yang lumayan 'tersiksa' menghadapi tanjakan yang panjang. Sesampainya di puncak semilir angin sejuk menerpa badan, matahari agak enggan bersinar. Bersembunyi malu-2 di balik awan.

Rekan Vicky yang tidak menyangka Bali bisa sedingin ini, menyilangkan tangannya di dada menggigil kedinginan. Apalagi beliau tidak memakai custom biker yang lengkap. Hanya kemeja HTML!

Pukul 11.30 WITA
Di Bedugul yang dingin membuat perut kami menendang-nendang. Dengan sigap kami arahkan menuju sebuah rumah makan khas Sasak yang menyediakan ayam TALIWANG yang pedas sekali dan Kangkung Lombok yang besar-2 namun lembut rasanya.

Pukul 13.00 WITA
Sambil makan siang, tiba-2 M punya ide cemerlang. "Kayanya nanggung bangeut yah kalo kita turing cuma sampai Bali" "Terus?" ujar Vicky penasaran. "Gimana kalo kita nyebrang ke Lombok?" tutur Meidi menjelaskan.

"Gue setuju!" rekan Wahyu turut memanaskan suasana "Tapi gue cuma pake kemeja gini mau ke Lombok?" sahut Vicky memelas, sambil
mengelus kumis tipisnya.

Pukul 14.00 WITA
Kontak anak-2 Lombok Tiger Club (LOTIC). SMS dibalas langsung oleh Paketu IVAN. Mereka bersedia menyambut anak-2 HTML. Feri setiap jam ada yang berangkat dari Pelabuhan Padang Bai menuju Pelabuhan Lembar Lombok, begitu bunyi SMS bernada informasinya.

Pukul 15.00 WITA
Kami berpisah dengan rekan Wahyu yang akan kembali ke kostnya karena malam harus bertugas. Kami berpisah di daerah Pacung. Untuk megambil jalan pintas ke pelabuhan Padang Bai. Waduh, jalan yang kami ambil luar biasa rumitnya.

Sebentar-2 pertigaan, sebentar-2 perempatan. Mana penunjuk jalan kurang memadai, memaksa kami harus rajin bertanya pada penduduk desa setempat. Komunikasi yang kurang nyambung membuat kami hanya menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tangan.

Pukul 17.00 WITA
Alhamdullilah sampai juga kami di Padang Bai. Sebelum beli tiket, kembali kami diperiksa surat-2 oleh rekan-2 Kepolisian. Uang Rp.40 rb harus ditukar untuk selembar tiket feri Bali-Lombok yang akan memakan waktu 4 jam (itu juga kalo ferinya jalan stabil dan laut relatif tenang).

Setelah motor di parkir bergegas kami naik ke dek, beberapa orang ABK menawarkan kamar istirahat. Mmm, boleh juga nih, mengingat perjalanan malam ini lumayan panjang. Tawar punya tawar harga disepakati Rp.30 ribu dengan bed 2x3 meter berikut WC terpisah dan meja kerja. Boleh juga. Segera kami membaringkan diri.

Pukul 19.00 WITA
Masih dalam keadaan terkantuk-kantuk, kami dikagetkan dengan SMS dari rekan Wahyu di Bali yang mengabarkan kalau rekan Rio mendapat kecelakaan di Probolinggo. Motornya ditahan olek Sekdes desa. Segera Meidi buka-2 daftar club Tiger di sekitar lokasi kejadian. Tidak ada sambutan. Makin panik kami
karena pulsa untuk menelepon kian menipis karena roaming.

Pukul 21.00 WITA
Kabar yang cukup menenangkan, rekan Rio boleh melanjutkan perjalanan dengan sedikit jaminan dari Pamong desa. Meski dalam keadaan sakit Rio meneruskan perjalanan ke SOLO.

Pukul 23.30 WITA
Feri merapat di Pelabuhan Lembar. Sebelumnya Bro Ivan sudah SMS, kalo dia sudah standby beserta rombongannya. Sip deh. Keluar dari perut feri kami menyalakan flasher sebagai kode.Lambaian tangan para penjemput segera dijemput dan kami pun berpelukan. Indahnya brotherhood.

Sepinya kota Mataram dipecahkan oleh deru suara mesin dan knalpot dari motor Macan. Dari pelabuhan kurang lebih 15 menit untuk menuju pusat kota tempat kawula muda Lombok biasa mangkal dengan tunggangannya. Sebagai jamuan kami dihidangkan kopi panas, pisang goreng, dan juga Mie Goreng ala Lombok yang pedas namun nikmat disantap dinihari. "Sayang yah besok sudah harus pulang" sesal Paketu Ivan. "Yah waktu kita pendek sekali nih" timpal Vicky menjelaskan.

"Kalo tidak tadinya kami mau show kemampuan nih" ujar Ivan semangat. "Hah! Show apa nih Bro?" tutur Vicky penasaran.

"Salah satu anggota LOTIC ada yang mau show kemampuan berdiri di atas motor keliling Pulau Lombok !!" bangga Paketu.

10 Juli 2004

Pukul 01.30 WITA
Acara ngerumpi di pusat kota Lombok bubar. Paketu Ivan dengan ramahnya mempersilahkan anak-2 HTML untuk mengikuti menuju rumahnya yang asri, masih di pusat kota. Tiba di sana kami dipersilahkan ke kamar tidur untuk istirahat. Sambil menunggu rasa kantuk menyerang kami bertukar cerita mengenai perkumpulan kami masing-2.

Sambil bertukar cinderamata, rekan Vicky merelakan sirenenya yang sudah menemani sepanjang jalur Pantura hingga denpasar "dipreteli" dan berpindah ke motor Paketu. Selamat bersirene ria ya Bro!

Pukul 06.30 WITA
Bangun pagi langsung disuguhi nasi uduk ala Lombok. Enak tenan! "Acaranya apa nih pagi ini?" rekan V penasaran. "Manalagi kalo bukan pantai Senggigi" jelas paketu Ivan.

"Sebenarnya masih banyak yang bisa dikunjungi di Lombok ini. Kami juga punya pantai Kuta yang berpasir seperti merica. Ada pancuran awet muda. Ada gunung Rinjani. Ada makanan khas: Ayam taliwang, Tahu Lombok, Madu, Susu Kuda liar, Kangkung Lombok, dll," tambah Ivan.

Segera kami membuat formasi rolling thunder dan meluncur ke arah Pantai Senggigi yang memakan waktu sekitar 20 menit. Jalan menuju kesana lumayan menantang, kami menggelinding di bibir tebing yang menghadap laut lepas.

Untung ada Ivan sebagai leader, jadi enak saja kami mengikuti buntutnya biar gak kehilangan 'racing line'. Sejenak saya membayangkan anggota LOTIC yg akan atraksi berdiri di motor keliling Lombok. Iiihh serem! Di puncaknya kami berhenti untuk mengambil momen yang tidak ada duanya. Pantai Senggigi!

Pukul 08.00 WITA
Saat berpisah tiba. Ivan dan rekan-2 LOTIC mengantarkan ke pelabuhan Lembar. Tampak ia sibuk mengatur keberangkatan kami dengan mengantrikan di tiket box. Tampak sekali pengaruhnya orang ini, hingga orang-2 pelabuhan tunduk patuh padanya. Tak lupa ia juga memesankan untuk kami istirahat pada ruangan ABK di atas Feri.

Wow, fasilitas yang diberikan gak tanggung-2. Sebuah kamar ber-AC dengan 2 tempat tidur empuk ditambah meja kerja plus toilet tersendiri. Thanks Bro. Kembali kami berjabat erat dan pelukan sebagai brotherhood. Sampai jumpa lagi, My Brother!!

Pukul 12.00 WITA
Laut tenang membantu kelancaran perjalanan ini. Hingga feri bisa tepat waktu memasuki pelabuhan Padang Bai. Kembali pemeriksaan surat-2 dari pihak Kepolisian. Kali ini berlangsung kurang lancar, karena pelat nomer kami agak aneh untuk orang daerah meski ia seorang petugas sekalipun. Mereka belum terbiasa melihat huruf dibelakang berjejer sampai tiga huruf.

“Kok pelat nomernya aneh ya?” selidik si Petugas sambil dahinya berkerut. “Di Jakarta memang begitu pak sekarang” balas Vicky gak mau kalah.“Yang dua huruf sudah habis” tambahnya menjelaskan.
“Lho jadi adik ini dari Jakarta tho? Saya kira dari Palembang” ujar petugas heran. “…..!!!??”

Rekan Benny HTML, yang baru tadi malam tiba di rumahnya di Klungkung dari Jakarta, sudah menanti dengan motornya. Dengan santainya ia memandu kami menuju Denpasar. "Kita lewat jalan baru. Keren bangeut lho, karena lewat pinggir pantai" terang Benny.
"Tapi awas! angin besar dari arah laut" tambahnya.
"Gimana kalo kita makan siang khas Bali dulu?" tawarnya kemudian.
"Itu yang kami tunggu!!" teriak Meidi & Vicky berbarengan.
"Ini restoran masih kepunyaan Famili gue" jelas Benny.

Setelah memarkir motor (di Bali kami tidak sekalipun pernah mencabut kunci kontak. Biarkan saja menggantung di motor. Dijamin gak hilang!) bergegas kami duduk rapi di dipan lesehan khas Bali. Bau ikan bakar menyerebak. Nasi panas segera dihidangkan, berikut sate ikan, sup ikan, ikan bakar, pokoknya semua serba ikan di Karang Asem ini. Plus sambel bening istimewa. "Orang Jakarta kalo ke Bali, sambel ini yang dicari" bangga Benny. Benar Bro! Kalo bisa kirim-2 ke Jakarta dong, gue ketagihan bangeut nih.

Pukul 14.00 WITA
Tiba di Kuta, rekan Wahyu sudah menanti di tempat kostnya. "Gimana kemarin di Lombok?" tanyanya. "Wih seru deh, gak nyesal" seru Vicky girang meski badan masih menggigil karena nekat ke Lombok. Cuma pake kemeja.. Setelah istirahat barang sejenak kami bersiap lagi untuk meluncur kembali. Kembali ke pulau Jawa.

Pukul 17.00 WITA
Kami bersiap untuk memasuki feri yang telah bersandar untuk kembali ke Ketapang. Tak lupa kami kontak ke JETIC (Jember Tiger Club). Sekedar menyampaikan salam untuk memasuki kota Jember. Icha dari Jember membalas salam kami. "Siap Bro. Kami di Jember dengan sukacita menyambut kedatangan rekan-2 HTML" demikian bunyi SMS yang dikirim ke HP-nya M.

"Perjalanan dari Ketapang ke Jember biasanya makan waktu 3 jam" tambah SMS susulan. “Tolong disiapkan Rider cadangan. Karena rekan M daalam keadaan ngantuk berat. Jadi minta tolong untuk dibawakan motornya.” Pinta Vicky dalam SMS-nya.

Pukul 18.00 WIBPerlahan kami memasuki kota Banyuwangi. Berbeda dengan kota besar di kawasan barat Pulau Jawa, di sini begitu matahari menenggelamkan dirinya, suasana beranjak sepi sekali. Hanya sesekali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Tapi tak mengurangi kewaspadaan kami, lampu jauh sesekali kami mainkan dipadu dengan flasher kerlap-kerlip yang sengaja kami nyalakan nonstop.

Pukul 19.00 WIB
Kami melewati kawasan Rogojampi, terus menuju ke Genteng, Kalibaru, dan daerah Sempalan yang masih dalam rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Tampak dikejauhan puncak gunung Raung menyembul dengan angkernya. Sampai pada suatu kawasan yang penduduk setempat menamakannya GUNUNG GUMITIR, sebagian menyebutnya MERAWAN (termasuk bagian dari ALAS PURWO).

Tanpa prasangka, kami melihat kendaraan yang melintas selalu dalam formasi beriringan. Kadang 3, kadang 4, dan paling sedikit 2 mobil. Kami dahului dengan entengnya, sampai kami menjumpai hanya kami sepanjang mata memandang. Kulirik spion memantau keadaan di belakang, KOSONG! Demikian juga di depan KOSONG...

Jalan terus berkelak-kelok, dikombinasi dengan tikungan patah berbentuk letter L hanya beberapa meter dari bahu jalan menganga jurang dengan kedalaman yang tak bisa diduga; karena pekatnya malam (mirip situasinya dengan kawasan Cadas Pangeran di Kab. Sumedang) ditambah mulai turunnya kabut tebal.

Pandangan agak terganggu, karena kabut turun hanya 50 centi di atas helm.Berkali-kali kami berjalan extra hati-2, seraya menghapus kaca helm yang kerap berembun. Lampu Tiger yang kalo di kota sudah cukup terang, jadi tidak ada apa-2 nya pada situasi seperti ini. Terpaksa kami berjalan bersebelahan untuk menambah daya pancar lampu. Bahaya lain juga menghadang, belokkan tajam kerap kali kami jumpai dalam keadaan berpasir. Tampak pula sesekali kami lihat ada orang memakai sarung dengan kupluk di kepala duduk berjongkok. Entah apa yang dinanti atau dikerjakan (belakangan kami mendapat info, kalo mereka sengaja menanti orang yang tertimpa musibah seperti kecelakaan di kawasan itu untuk diambil barang berharganya. Masya Allah).

Pukul 20.00 WIB
Sudah hampir sejam kami berjalan beriringan. Hanya berdua. Tanpa kendaraan lain yang searah apalagi berpapasan. Di suatu kelokan TAJAM tanpa sadar antara ngantuk dan terjaga, saya menjumpai motor saya sudah dalam keadaan berhenti (meski saya tak merasa menginjak maupun menarik rem) . Saya tengok ke ke kanan rekan Vicky pun sudah dalam keadaan berhenti tepat di sebelah.

“Hey! Ngapain kamu pake berhenti di tikungan” teriak Vicky
“Lho? Kamu sendiri ngapain berhenti di sebelahku” balas Meidy gak mau kalah.

Sadar ada yang tidak beres dengan keadaan ini kami dengan kompaknya menjerit, “KABUUUUUUUUURRR!!!” Bagai melihat anak kecil yang melihat hantu kami larikan motor kami sejadi-jadinya. Ingin rasanya segera lepas dalam keadaan mencekam ini. Sampai di daerah yang kami anggap aman, rekan Vicky berkisah dengan tergagap-gagap. “Mei, tadi di GUNUNG GUMITIR itu aku lihat nenek-2 pake tongkat sedang berdiri di atas bukit” tutur Vicky sambil mengusap mukanya yang pucat.

“Lho? Aku juga lihat ada orang tua yang melambaikan tangannya, nyuruh aku berhenti. Makanya tiba-2 motorku kho udah gak bergerak di tikungan tadi.” Terang Meidy yang juga badannya menggigil antara dingin dan merinding.

Pukul 21.00 WIB
Di daerah Mayang, kami berpapasan dengan rombongan JETIC yang menjemput kami. Dengan rotator dan sirene mengaung keras membelah kesunyian malam. Tak lupa kami menceritakan pengalaman kami di kawasan gunung itu.
“Oh itu sih biasa Mas!” sahut mereka enteng. “Orang yang baru melewati kawasan itu pasti melihat ‘penampakkan’ bisa berupa nenek-2, harimau, atau bentuk mahkluk lainnya,” tambahnya

“Kalau kalian tadi cerita pasti aku milih nginap dulu di Banyuwangi daripada nekat menerobos pekatnya malam menuju Jember” ratap Meidi & Vicky memelas. “Bila tadi kami peringatkan, pasti kalian gak jadi berkunjung ke Jember, ya kan?” balas anak-2 JETIC mantap.


Pukul 22.00 WIB
Sampai di Jember kami langsung di bawa ke alun-2 kota tempat biasa anak-2Tiger kumpul. Karena perut sudah tak kuasa menahan lapar, kami segera melahap sate kambing khas Jember yang terkenal nikmatnya. Tak lupa kami berfoto bersama untuk kenang-2an.

Pukul 23.00 WIB
Karena sudah mengantuk sedangkan besok harinya kami harus melanjutkan perjalanan ke Solo dan Jogyakarta, akhirnya kami diantarkan ke tempat istirahat di rumah Paketu JETIC Icha. Waktu ambil air di kamar mandi, iiihh ......dinginnnn juga nih kota Jember.

11 Juli 2004
Pukul 06.15 WIB
Setelah mandi, kami berkemas untuk segera meluncur ke tujuan selanjutnya Jogyakarta. Pagi ini kami diajak makan lesehan JEMBER. Nasi gurih ditambah telur, ikan, tahu, dan tempe. Lumayan untuk energi kami membawa motor sampai ke perbatasan Jawa Timur/ Jawa Tengah.

Pukul 07.00 WIB
Paketu Icha mengantar kami sampai perbatasan kota Jember. Kembali jabat erat Brotherhood kami lakukan. Sebagai tanda mata beliau memberikan emblem JETIC dan sarung tangannya kepada M. Thank’s ya Bro. Setelah isi bensin full tank, segera kami arahkan motor ke kota selanjutnya, Lumajang.

Pukul 08.00 WIB
Jalur Jember sampai Probolinggo relatif track datar. Sehingga pagi ini dengan kabut tipis, enak saja kami kembangkan kecepatan antara 80-110 km/jam. Kendaraan belum terlalu banyak, sehingga kemacetan bukanlah kendala. Tapi untuk antisipasi iring-2an tetap menyalakan head lamp dan hazard. Daerah Tanggul, Jatiroto, Lumajang, Klakah, dan Gudang berhasil kami lewati dengan waktu relatif singkat. Hanya ada beberapa tempat yang sedang dalam perbaikan.

Pukul 09.00 WIB
Memasuki kota Pasuruan, kembali kami tersesat seperti waktu kami pergi dari Surabaya-Denpasar. Penunjuk arah nyaris tidak ada. Terpaksa kami membuka kaca helm untuk meminta petunjuk arah kepada penduduk sekitar. Lepas Pasuruan kami melintas di Bangil dan Gempol dan terus menuju Mojokerto.

Pukul 10.00 WIB
Kontak dengan anak-2 Tiger Mojokerto (TIMOR). Paketu Rohmat menyambut SMS kami dengan antusias, dan akan menghadang kami di perbatasan kota setelah desa Mojosari. Tapi karena kami kurang awas sehingga tidak menyadari kalau ternyata tim HTML sudah melintasi kota Mojokerto terus ke arah Jombang. Sadar kalo Mojokerto sudah terlewat kami hentikan motor di sebuah restoran SOTO JAWA TIMUR. Segera kontak TIMOR kalo kita terlewat. Ternyata mereka sudah menunggu di perbatasan. “OK, kami susul ke rumah makan tempat anda berada. Jangan pergi dulu!” begitu bunyi SMS dari rekan TIMOR.

Pukul 10.30 WIBTak lama kemudian datanglah rombongan TIMOR menghampiri kami yang sedang istirahat sambil makan Nasi SOTO. Setelah berkenalan dan bertukar alamat serta mengisi database yang dibawa, kami mohon pamit untuk melanjutkan perjalanan. Mereka berpesan, karena TIMOR baru 3 bulan terbentuk mohon dukungan morilnya terutama dari club-2 yang sudah eksis. Mereka meminta cara yang efektif untuk menggalang ke solid-an para membernya.

Pukul 11.00 WIB
Baru berjalan 30 menit, di kota Jombang kembali kami dicegat oleh anak-2
JOTIC yang sebelumnya memang sudah kami kontak. “Mas, aku tunggu di Jombang. Lihat ke sebelah kiri ada Tiger warna KUNING. Aku sendiri memakai rompi orange bertuliskan JOTIC di belakangnya. Ttd. Mbad” pesan SMS kami terima satu jam sebelumnya.

Betul saja, rekan Mas Mbad sudah menunggu di pinggir jalan dengan rombongannya. Langsung kami dibawa ke markas mereka. Sepanjang jalan kami dikawal langsung oleh mas Mbad sebagai pembuka jalan. Bus, truk, apalagi sedan semua minggir melihat aksi rekan kita ini yang badannya setara dengan Mike Tyson.

Pukul 12.00 WIB
Setelah meminum soda gembira suguhan anak-2 JOTIC, tak lupa mereka memberikan stiker dan PIN sebagai tanda kasih Biker. Kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan kami ke kota SOLO. “Pak, sudah sampai mana tim HTML sekarang? Kami dari Solo Tiger Club (SOTIC) siap menanti kedatangan brother dari Jakarta.” Serentak HP kami bergetar menerima SMS. “Berapa lama nih dari Jombang ke Solo?” balas kami
“Kurang lebih 3 jam deh kalo jalan santai!” jelas mereka.

Pukul 13.00 WIB
Karena stamina mulai menurun kami lewati daerah Nganjuk, Caruban, dan Ngawi dengan agak santai (sekitar max 80 km/jam saja). Lalu lintas yang sedikit sibuk siang ini membuat kami tidak bisa mengembangkan kecepatan terlalu tinggi.

Pukul 14.00 WIBLepas daerah Ngawi kami jumpai daerah Mantingan dan Gondang. Berkali-2 kami jumpai tanda lalu-lintas dari DISHUB,
“Awas hati-hati! Daerah rawan kecelakaan” Sejenak kami berhenti untuk sekadar minum sebelum kota Sragen. Sambil duduk kami membuka map pulau JAWA. Ups, tinggal 26 km lagi menuju kota Surakarta. Semangat kami kembali menyala.

Pukul 15.00 WIB
Menjelang perbatasan kota Solo, hujan gerimis mulai turun. Setelah memakai jas hujan perjalanan dilanjutkan. Di tikungan daerah Masaran, anak-2 SOTIC sudah menyambut dengan ramainya. Style motor mereka cukup beragam. Ada yang pake fairing, ada yang senang gaya motor trail, banyak juga yang lagi senang naked bike.

Pukul 16.00 WIB
Setelah menempuh hujan yang menjadi deras, kami tiba di markasnya SOTIC yang merangkap tempat kost beberapa member SOTIC yang kebanyakan adalah anak-2 mahasiswa. Kembali kami dijamu dengan suguhan pisang goreng dan kopi panas yang lumayan enak untuk mengusir hawa dingin setelah tadi kehujanan.

Pukul 18.00 WIB
Hidangan makan malam segera digelar di meja lesehan yang apa adanya. Nasi putih panas, mie goring Solo, sate, dan Capcay dihidangkan langsung dari bungkusnya. Dengan lahap kami sikat makanan di meja. Sambil makan saya lirik komputernya sekretariat yang sedang mendendangkan lagu-2 MP3, tahu nggak wallpaper apa yang ada di layar monitor? Website HTML !!

Pukul 20.00 WIB
Tak terasa perbincangan kami harus diputus smpai disini. Meski gerimis masih mengguyur kota Solo, tapi anak-2 IMTY Jogya sudah menanti kami. Sebelum berpisah Paketu Hernowo memberikan stiker dan PIN sebagai tanda mata. Sampai ketemu lagi yah Brother, kalo ke Jakarta jangan sungkan-2 telepon kita.

Pukul 21.00
Setelah melewati kota Klaten dan Prambanan, kami memasuki kota Jogyakarta tanpa hambatan berarti. Ditunjang jalan yang mulus dan penerangan jalan yang cukup memadai, kami sangat menikmati ruas Solo-Jogya ini. Candi Prambanan tampak gagah menjadi gerbang masuk menyambut rombongan HTML. Sayang hari sudah malam, besok siang adja kali yah kita foto-2 di candi yang legendaris
ini.

Pukul 21.30 WIB
Karena tidak tahu jalan, kami janjian di depan Keraton ujungnya Jl.Malioboro. Tak lama Pak Timbul Paketunya IMTY beserta rombongannya tiba. Tak buang waktu lagi kami diajak makan lesehan di seputaran Malioboro. Tampak beberapa club motor lain ikut nangkring di sebelah kami. “Gimana selama perjalanan dari Jember?” Tanya Arief, salah seorang member IMTY. “Waduh capek sekali nih” ujar Meidi sambil mengantuk

“Pantes, tadi bawa motornya rada-2 oleng!” timpal member IMTY yang motornya di modif kaki-2 Suzuki GSX dan setangnya motor TRAIL. “Nanti tidur di kontrakanku adja yah?” tambahnya menawarkan.

12 Juli 2004
Pukul 07.00 WIB
Bangun pagi segera kami berkemas untuk melanjutkan perjalanan. “Gimana kalo baju-2 bekas kalian dikirim adja pake paket?” tawar Arief, yang motornya sudah 3 kali masuk tabloid dengan modifikasi yang berbeda-beda. “Kan jadi enteng bawaan kalian nanti” tawarnya. “Ehm, benar juga tuh.” Sahut M setuju.

Akhirnya setelah disusun ulang, bagasi samping dan box Givi kami jadi lega
sekali. Hanya menyisakan 2 stel pakaian untuk cadangan. “Sebelum meninggalkan Jogya kalian harus merasakan nasi rames si Mbok” ujar Arief yang istrinya mahir sekali bawa Tiger silver modifnya. Kebetulan perut kami juga sudah mulai bernyanyi.

“Habis makan nanti, motor kalian harus dicuci dong biar agak segeran”
“Iya nih, soalnya rantai motor kemarin udah gak pake chain lube lagi.
Langsung ku guyur dengan oli mesin yang dituangkan ke botol Aqua ang 600 ml”

“Lumayan agak ademan ketimbang pake chain lube, cuma ya itu dia motor dan velg belakang udah gak karuan rupanya. Pantesan dari kemarin gak ada cewek yang mau melirik, padahal kitakan udah gaya kaya Renegade ya Oom!” canda Meidi.

“Di Jogya ini nyuci motor murah sekali Mas. Tapi hasilnya tidak mengecewakan” Promosi Arief yakin”. “Cuma gak bisa buru-2, karena waktu pengerjaannya makan waktu sampai 3 jam” tambah pria yang sebentar lagi mau bawa motor modif nya pindah ke Pulau Kalimantan.

Pukul 10.00 WIB
Benar saja motor pas mau diambil, masih adja tuh tukang cuci menggosok dengan teliti. “Mas, udah deh motor saya sih nyucinya sampai disini adja” sahut Meidi sambil menyalakan motornya. “Busyet, kalo gak di stop nih orang gak selesai-2 juga nyuci motornya” herannya.

“Berapa nih ongkos nyucinya Mas?” tanyanya.
“Gak mahal kho Den, Cuma Rp.3500 saja!” ujar si tukang cuci dengan lugunya.

Pukul 11.00 WIB
Paketu Timbul mengajak nangkring sebentar di sekretariat dadakan IMTY yang menyatu dengan toko hand phone miliknya. Kebetulan disebelahnya adalah tempat penitipan paket luar kota. Beres paket dikirim, kembali kami berjalan ke toko HP pak Timbul. Di depan toko yang ramai pengunjungnya itu tampak terparkir rapih sebuah Tiger yang sudah di modif APRILIA habis.

“Keren juga nih motor! Punya siapa nih Oom?” selidik V bertanya-tanya.
“Tuh punyanya dia!” jawab Pak Timbul kalem sambil menunjuk perempuan yang sedang sibuk melayani pembeli voucher isi ulang.
“……..??!!”

Pukul 14.00 WIB
Setelah makan ala prasmanan di kantin mahasiswa, kami berpamitan untuk meneruskan perjalanan memasuki Jawa barat. Tak lupa pin dan stiker diselipkan anak-2 Jogya ke box GIVI kami. Diiringi beberapa anggota IMTY kami keluar dari kota Jogyakarta menuju perbatasan Wates dengan lancar. Setelah isi bensin full, kami lambaikan tangan kepada para pengantar. So
long, Brother!!

Pukul 15.30 WIBLewat jalur selatan ini relatif tidak padat kendaraan. Purworejo, Kutoarjo, Butuh, dan Kebumen dengan cepat dapat kami lewati dengan speed 80-95 km/jam.

Tapi menjelang daerah Karanganyar gerimis mulai turun sehingga memaksa kami untuk mengenakan lagi jas hujan yang semula sudah terlipat rapih di Box. Apalagi sisa baju kering kami tinggal 2 pasang, kan tadi pagi sudah dikirim pakai paket kilat langsung ke Jakarta.

Pukul 18.00 WIB
Adzan magrib sayup-2 terdengar, dengan sigap kami arahkan tunggangan ke Mushola terdekat. Posisi kami sudah mulai mendekati kota Wangon 50 km lagi dari perbatasan Jawa Barat. Setelah menunaikan ibadah sholat dan sekadar mencuci muka kami naik lagi ke Tigi yang penampilan sudah kucel gak karuan dihajar hujan dan jalan berlumpur di jalur selatan. Percuma deh tadi pagi nyuci 3 jam di Jogya.

“Dari Jakarta ya dik?” Tanya bapak-2 pengurus Mesjid antusias.
“Iya pak. Kami mau pulang ke Jakarta dari Tour keliling Jawa, Bali dan
Lombok” jelas kami.

“Wah hebat! Pakai motor ini? Kalo bapak naik motor paling jauh juga ke Purwokerto. Ya sudah hati-2 di jalan-2 jangan kebut-2an yah?!” nasehatnya.

Pukul 20.00 WIB
Kami melewati medan yang turun-naik dengan jurang di samping kiri siap menelan siapa saja yang berkendara tidak hati-2. Daerah antara Wangon, Karangpucung, dan Majenang ini menuntut kewaspadaan ekstra. Ditambah truk-2 yang hanya bisa jalan merambat menaiki bukit yang berkelok, cukup mengganggu perjalanan menuju Tasikmalaya.

Stop dulu untuk makan malam di Majenang. Menunya pecel lele dan soto ayam, dihidangkan panas-2 cukup untuk mengembalikan energi dan mengusir rasa dingin yang menyergap.

Pukul 21.00 WIB
Masuk ke Wanareja, kami akhirnya menjumpai gapura yang sudah kami tunggu-2 sejak tadi,: “SELAMAT DATANG DI JAWA BARAT’

Di pom bensin Kota Banjar dekat pertigaan ke arah Pantai Pangandaran, kami berhenti lagi untuk mencuci muka yang mulai diterjang kantuk yang berat. Minuman energi ditegak, habis sebotol. Sampai kota Ciamis kami segera kontak lagi dengan anak-2 Tasik (TTFC), sebelumnya di Jogya kami sudah kirim SMS tapi belum juga berbalas. Mungkin sudah pada istirahat di rumah, pikir kami. Ya sudah kita cari penginapan saja sendiri. Biker sejati gak boleh cengeng
ah!

Pukul 22.00 WIB
Karena kebetulan punya saudara di Tasikmalaya, segera Meidi kontak ke rumahnya. “Sudah kalian menginap di sini saja” saran uaknya.

Sambil menyantap mie goreng dan kopi panas yang disajikan, kami membuka lembar demi lembar baju kami yang basah. Sepatu juga tak lupa dilepas, karena kaos kaki sudah basah kuyup Selanjutnya tidur pulas ………………..

13 Juli 2004
Pukul 06.15 WIB
Sambil menahan sejuknya udara kota Tasikmalaya yang tumben-2an agak dingin ini, kami membersihkan badan seraya meludeskan bubur panas Tasik yang terkenal gurih itu.

Mumpung udara masih bersih, kami pacu motor menuju etape berikutnya ==> BANDUNG. Udara sedikit berkabut ketika keluar dari Tasik. Namun bukan halangan berarti untuk kami membuka gas lebih dalam.

Pukul 07.00 WIB
Tanjakan di Ciawi dengan mudah bisa kami lewati dengan mudah. Beberapa kendaraan roda 4 terutama truk dan bis terseok-seok untuk melewati jalur tanjakan ganas ini.

Sampai di daerah Malangbong kami berhenti sejenak, lalu meneruskan ke Sukamerang dan tanjakan yang lebih dasyat è NAGREK. Jalan menaik yang paling ditakuti para pengemudi yang melintasi daerah ini. Lokasinya tepat setelah pertigaan dari arah kota Garut. Banyak rekan-2 di Jakarta yang menyarankan untuk mandi air panas yang bersumber dari gunung dahulu di daerah CIPANAS Garut. Tapi sayang kami tidak bisa lakukan. Waktu udah mepet, Coy!

Pukul 08.45 WIB
Masuk perbatasan kota Bandung di daerah Cileunyi kembali kami berhenti di Pom Bensin yang cukup nyaman. Di tempat parkir kami berpapasan dan saling menyapa dengan seorang anggota TAB (namanya Erik kalo gak salah) yang juga baru pulang mudik dari Banjar. Tak lupa kirim SMS ke rekans HTML Kopyah Bandung alias KETIBAN. Lho, kho gak ada balasan yah?

Pukul 09.30 WIB
Karena masih lapar kami sambangi dulu toko kue yang terkenal dengan pisang molennya di Jalan Buah Batu. Sambil makan kami coba telepon ke sekretariat TAB, dan diterima oleh Bro Saiful. “Ok, brother. Silahkan mampir ke markas kami” sahutnya dari seberang telepon.

Sebelum ke sana kami menyempatkan diri makan siang di daerah Masjid Istiqamah Jl.Cibeunying. Menunya apalagi kalo bukan nasi timbel, lalap, dan ikan/ayam goreng.

Pukul 11.00 WIB
Sampai di markas TAB seputaran Cihampelas, kami diterima dengan hangat oleh Kang Saiful. Sambil membeli pernak-pernik khas biker Bandung, kami bertukar cerita mengenai perkumpulan kami masing-masing. Gerimis kembali mengguyur kota kembang, membuat mata kami sedikit mengantuk. Rebahan sebentar di dipan yang ada di markas, cukuplah bagi kami untuk melanjutkan perjalanan ke etape terakhir è JAKARTA.

Pukul 13.00 WIB
Kami berpamitan pulang, setelah gerimis mulai mereda. Melalui jalan tembus Pasteur treus ke gunung Batu. Kami bisa dengan singkat menembus Cimahi, yang siang ini tampak cukup padat.

Pukul 14.00 WIB
Jalur Padalarang yang padat dengan mobil-2 besar (truk-bus) menambah kewaspadaan kami. Apalagi di beberapa belokan terdapat pasir yang kalau tidak diawasi akan berakibat fatal.

Pukul 15.00 WIB
Di Cianjur bro Vicky usul untuk berhenti sejenak di rumah makan langganannya yang menyediakan daging GEPUK. Lokasinya tepat 200 meter sebelum pertigaan belok kanan ke arah JONGGOL. Selesai makan kami arahkan motor ke kawasan Jonggol. Jalan yang mulus, sepertinya baru saja habis diaspal ulang. Namun di beberapa jalur lurus, ditemui lobang-2 berukuran 1x2 meter.

Tapi tenang saja, penduduk setempat siap memberi arahan meski dengan imbalan uang Rp.100 di kaleng-2 yang mereka acungkan. Sehingga ruas Cianjur, Cikalong Kulon sampai ke Jonggol kurang cocok untuk dilalui pada malam hari. Tak heran kami melibas jalur ini dengan gas dibajek ¾ full. Jangan sampe matahari terbenam kami masih disekitar kawasan ini. Wuus-wuuuss…………

Pukul 17.30 WIB
Tiba di Cileungsi hari mulai beranjak gelap, kami terus menuju ke arah Cibubur dan mendarat dengan mulus di rumah kami ==> JAKARTA. Secara tak disengaja diam-2 air mata menetes di pipi kami. Terharu. Tak disangka kami berhasil menyelesaikan perjalanan Jakarta-Denpasar-Mataram PP dengan selamat tanpa kurang suatu apapun sambil membawa sejuta kenangan.

Pukul 19.00 WIB
Tiba kembali di PALBUT . Tempat dimana kami memulai petualangan ini. Sejenak melirik odometer menunjukkan angka 3005 km. Menghabiskan 75 liter bahan bakar. Pergi dari Jakarta hari selasa dan tiba kembali juga pada hari
Selasa. Pada jam yang sama pula!! Suatu kebetulan? Mungkin..
Sampai jumpa di TOURING selanjutnya………

TiPS DAN SERBA SERBI:- Ban standar bawaan pabrik masih cukup memadai untuk digunakan jarak jauh. Tapi disarankan untuk menggantinya dengan ban yang daya cengkeramnya jauh lebih baik. Karena untuk beberapa kasus pengereman mendadak selama turing, ban standar Meidi kerap tidak mencengkeram sempurna.

- Di Bali Honda Tiger banyak dipake turis yang menyewa dari rental. Cuma tampilannya agak aneh. Sempat Tim dikagetkan dengan bule yg mendahului dengan Tiginya yang di sisi kirinya ada semacam jangkar berbentuk letter “U”. Selidik punya selidik ternyata itu tempat papan surfing.

- Kalo mau turing jarak jauh, ada baiknya knalpot dikembalikkan ke kondisi standar. Terbukti rekan Rio yang telah mengganti knalpotnya di kawasan Citra Tangerang hanya beberapa hari menjelang keberangkatan, merasa terganggu dengan bisingnya suara knalpot. Sehingga beliau meletakkan sumbat di telinganya untuk meredam kegaduhan. Selain itu rekan seperjalanan juga terganggu kalo berada tepat di belakang Rio yang berkostum turing lengkap ini. Tak heran Rio selalu menempatkan diri di barisan paling belakang.

- Bila tetap maksa pake bahan bakar PERTAMAX, ada baiknya bawa sendiri octane booster dalam kemasan. Karena dijamin sepanjang jalur Jakarta-Denpasar rekan Rio & Vicky kerap kesulitan menemui penjual bahan bakar khusus itu di pom bensin. Bro Meidi sih tenang-2 saja karena motornya Cuma negak PREMIUM. Murah dan gampang lagi. Performa motor gak jauh beda kho. He…he…..he……

- Karena menggunakan penguat kabel busi (POWER BOOSTER) sehingga jalur kabel agak keluar dari bawah tangki. Pas hari hujan tanpa sadar Meidi memepetkan paha dan betis merangkul tangki bensin. Tapi…..woow…….nyetrum bow!! Rupanya keadaan basah menghantarkan listrik dari kabel busi, lumayan menggangu karena selama hujan kaki dan jadi agak dibuka menjauh dari kabel busi.

- Beberapa kali kami dipepet oleh bus antar kota dari arah berlawanan. Tahu bagaimana caranya untuk mengusirnya? Segera angkat tangan kiri anda ke atas sambil memberi tanda agar bus kembali ke jalurnya. Kiat ini cukup efektif kami terapkan selama turing. Bis-2 dan truk segera menepi. Tapi jangan anggap mereka sebagai musuh, perlakukan mereka sebagai teman selama
perjalanan.

- Gunakan rompi khusus turing yang berwarna cerah (orange dan kuning). Ini membantu pengendara lain untuk lebih memperhatikan keberadaan kita. Juga bila ada kawan yang terlepas dari rombongan. Tak lupa lampu hazard dan head lamp yang selalu menyala meski itu siang hari.

SPESIAL THANKS TO :
- Paketu Umum Jojo dan Paketu harian Irfan Sungkar yang selalu memonitor turing ini.
- Rekan-2 HTML (Gofur, Andi, Faldo, Dwi, Widi, dkk) yang sudah memberi info
melalui SMS.
- Bapak pemilik PALBUT yang sudah menyediakan tempat keberangkatan.
- Bapak Alamsyah & Bro Ferry yang sudah mengantar sampai Bekasi.
- Bro Dani Karawang dan rekan-2 Tiger Bekasi yang sudah menanti kami di
daerahnya.
- Rekan-2 HTML Surabaya (Dhani, Rika, Avy) yang sudah membookingkan
penginapan selama di Surabaya.
- Rekan-2 HTML Bali (Wahyu dan Satriyo) yang sudah menyambut kami dengan
baik.
- Rekan-2 Lombok Tiger Club (LOTIC) Paketu Ivan yang memberi tempat istirahat di rumahnya.
- Bro Benny HTML yang sudah menjemput kami di Klungkung.
- Rekan-2 Jember Tiger Club (JETIC) paketu Icha yang sudah menjemput kami tengah malam di hutan.
- Rekan-2 Tiger Mojokerto (TIMOR) paketu Rohmat yang kompak meski belum lama berdiri.
- Rekan-2 Jombang Tiger Club (JOTIC ) Mas Mbad yang sudah menjamu kami es susu soda ala JOMBANG.
- Rekan-2 Solo Tiger Club (SOTIC) Paketu Hernowo yang ramah dan motor-2 anak Solo pada keren lho.
- Rekan-2 Ikatan Motor Tiger Yogya (IMTY) paketu Mas Timbul yang sudah ngajak makan lesehan dan modifikasi anak Jogya boleh juga tuh.
- Bro Yudi HTML yang meski tidak bisa meneruskan perjalanan hanya sampe Surabaya, tapi sudah menunjukkan semangat yang menggebu.
- Oom YY yang sudah menyetting mesin motor saya sampai enak bangeut larinya.
- Bro Saiful TAB yang sudah meladeni kita di secretariat.
- Dan rekan-2 lainnya yang terlupa dengan tidak sengaja disebutkan namanya.